Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.
Betapa
tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan
Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan
yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin
Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama
Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka
terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah (Roma)? Abdullah meminta kotak
dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah
berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu:
Konstantinopel atau Rumiyah/Roma? Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih
dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. (HR. Ahmad, ad-Darimi,
Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Hadits ini
dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul
Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya.
Sabda Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para Shahabatnya empat belas
abad yang lalu. Delapan abad setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata demikian, apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi. Benteng
Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya takluk di tangan
kaum muslimin. Para Ulama’, di antaranya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah
menyebutkan, “Di antara Dalaa’il Nubuwwah atau tanda-tanda kenabian Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah sabda beliau yang menceritakan
kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan.” (1)
Berikut
sebuah kisah sejarah tentang umat islam yang jauh sebelumnya telah dijanjikan
dalam Hadits Nabi Muhammad SAW. Dan terbukti setelah 8 abad kemudian, inilah
salah satu mukjizat Rasulullah SAW.
Ada dua kota
yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut:
1. Konstantinopel
Kota yang
hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan
Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan
benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad
al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
Konstantinopel,
adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh
maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat
dunia saat itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya,
kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan
yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika
umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang penguasaan
kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.
Dibalik
kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki pertahanan militer
yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit
yang siap dengan berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap
pasukan yang hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang
besar membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini
mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam
sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan
pertahanannya. (2)
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma.
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma.
Kontantinopel
telah dibuka 8 Abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi
Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini
menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka
Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15 Abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.
Setiap pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud Rasulullah saw dalam haditsnya sebagai panglima yang terbaik dan tentaranya tentara yang terbaik dan membebaskan Konstantinopel agar terbebas dari kekuasaan Romawi.
Sudah sejak Rasulullah saw masih hidup, beliau sudah berupaya menjadikan penguasa di Konstatinopel menjadi muslim. Selembar surat ajakan masuk Islam dari nabi SAW telah diterima Kaisar Heraklius di kota ini.
Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraklius raja Romawi.
Bismillahirrahmanirrahim, salamun ‘ala manittaba’al-huda, Amma ba’du,
“Sesungguhnya Aku mengajak anda untuk memeluk agama Islam. Masuk Islamlah Anda akan selamat dan Allah akan memberikan Anda dua pahala. Tapi kalau Anda menolak, Anda harus menanggung dosa orang-orang Aritsiyyin.”
Dikabarkan bahwa saat menerima surat ajakan masuk Islam itu, Kaisar Heraklius cukup menghormati dan membalas dengan mengirim hadiah penghormatan. Namun dia mengakui bahwa dirinya belum siap untuk memeluk Islam.
Kota benteng
Itu artinya, sudah 15 Abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.
Setiap pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud Rasulullah saw dalam haditsnya sebagai panglima yang terbaik dan tentaranya tentara yang terbaik dan membebaskan Konstantinopel agar terbebas dari kekuasaan Romawi.
Sudah sejak Rasulullah saw masih hidup, beliau sudah berupaya menjadikan penguasa di Konstatinopel menjadi muslim. Selembar surat ajakan masuk Islam dari nabi SAW telah diterima Kaisar Heraklius di kota ini.
Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraklius raja Romawi.
Bismillahirrahmanirrahim, salamun ‘ala manittaba’al-huda, Amma ba’du,
“Sesungguhnya Aku mengajak anda untuk memeluk agama Islam. Masuk Islamlah Anda akan selamat dan Allah akan memberikan Anda dua pahala. Tapi kalau Anda menolak, Anda harus menanggung dosa orang-orang Aritsiyyin.”
Dikabarkan bahwa saat menerima surat ajakan masuk Islam itu, Kaisar Heraklius cukup menghormati dan membalas dengan mengirim hadiah penghormatan. Namun dia mengakui bahwa dirinya belum siap untuk memeluk Islam.
Kota benteng
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium. Perpecahan tersebut sebagai buntut dari konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban kristen. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis karena berada di perbatasan Eropa dan Asia, baik di darat karena dilalui Jalur Sutera maupun di laut karena berada diantara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Banyak bangsa mengincar kota ini untuk dikuasai diantaranya bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazah, Arab-Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.
Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.
Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat Ajakan masuk Islam dari beliau SAW.
Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.
Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia, kota yang sekaligus benteng ini dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine I. Konstaninopel memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia. Sejak didirikannya, pemerintahan Byzantium telah menjadikannya sebagai ibukota pemerintahan Byzantium. Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanduk Emas (golden horn) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah sampai Tanduk Emas. Memiliki satu menara dengan ketinggian 60 kaki, benteng-benteng tinggi yang pagar bagian luarnya saja memiliki ketinggian 25 kaki, selain tower-tower pemantau yang terpencar dan dipenuhi tentara pengawas. Dari segi kekuatan militer, kota ini dianggap sebagai kota yang paling aman dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami. dengan demikian, maka sangat sulit untuk bisa diserang apalagi ditaklukkan.
Kedudukan Konstantinopel yang strategis diillustrasikan oleh Napoleon Bonaparte; “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!“.
Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: م *مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات *), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;
Sultan
Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih,
dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20
April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayah beliau,
betul-betul mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh.
Sultan Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang
kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan
mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan, Ayah beliau
mendatangkan beberapa Ulama’ pilihan di zamannya untuk mendidik agama beliau,
di antaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang
juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan
Bayan. Beliau adalah seorang ulama’ yang diakui keilmuannya oleh para ulama’
lainnya yang hidup di masanya. Bahkan Muhammad al-Fatih menyebutnya sebagai “Abu
Hanifah zamannya”. Di samping itu, Muhammad al-fatih juga mewarisi sikap
pemberani dan tidak mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu
perang, strategi pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan
kemiliteran lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam
mulai dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga zaman beliau
hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan
kesatriaan para pahlawan Islam. Hal-hal yang kelak mendukung langkah beliau
dalam pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.
Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami’. Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’. (3)
Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel. (4)
Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami’. Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’. (3)
Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel. (4)
Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain Al-Jalut" melawan tentara Mongol).
Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
Istanbul
atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar
termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya
pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan
pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja
Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya
tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran
Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali
memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam
seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang
Khandaq.
Keseriusan para Sahabat, para Khalifah serta para Sulthan dalam menaklukkan Konstantinopel. Ketika para sahabat mendengar langsung dari bibir mulia Rasulullah Muhammad SAW pada saat perang Khandaq tentang akan ditaklukkannya Kota Konstantinopel seperti tertera pada nukilan hadits diatas, para Sahabat mafhum, merasa sangat bersemangat dan kemudian berlomba-lomba dengan diiringi gemuruh kerinduan yang ada pada dada-dada mereka bersegera merealisasikan janji Allah dan RasulNya untuk mengambil bagian dalam upayanya menaklukkan Konstantinopel. Sebagai salah satu bukti adalah Syahidnya salah seorang Sahabat Rasulullah SAW yang bernama Abu Ayyub Al Anshori (ridho Allah senantiasa menyertainya) dipinggir kota Konstantinopel pada masa pemerintahan Khalifah Muawwiyah bin Abi Sofyan dalam rangka menaklukkan benteng sekaligus kota terkuat, yang konon sangat sulit untuk ditaklukkan oleh negara manapun di dunia saat itu.
Usaha pertama untuk mengepung Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H. / 654 M. pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Dia mengirimkan Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. dengan pasukan yang besar untuk mengepung dan menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan oleh kokohnya pertahanan Konstantinopel.
Pada masa Bani Umayah tercatat 2 serangan penting yang dilancarkan :
Keseriusan para Sahabat, para Khalifah serta para Sulthan dalam menaklukkan Konstantinopel. Ketika para sahabat mendengar langsung dari bibir mulia Rasulullah Muhammad SAW pada saat perang Khandaq tentang akan ditaklukkannya Kota Konstantinopel seperti tertera pada nukilan hadits diatas, para Sahabat mafhum, merasa sangat bersemangat dan kemudian berlomba-lomba dengan diiringi gemuruh kerinduan yang ada pada dada-dada mereka bersegera merealisasikan janji Allah dan RasulNya untuk mengambil bagian dalam upayanya menaklukkan Konstantinopel. Sebagai salah satu bukti adalah Syahidnya salah seorang Sahabat Rasulullah SAW yang bernama Abu Ayyub Al Anshori (ridho Allah senantiasa menyertainya) dipinggir kota Konstantinopel pada masa pemerintahan Khalifah Muawwiyah bin Abi Sofyan dalam rangka menaklukkan benteng sekaligus kota terkuat, yang konon sangat sulit untuk ditaklukkan oleh negara manapun di dunia saat itu.
Usaha pertama untuk mengepung Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H. / 654 M. pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Dia mengirimkan Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. dengan pasukan yang besar untuk mengepung dan menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan oleh kokohnya pertahanan Konstantinopel.
Pada masa Bani Umayah tercatat 2 serangan penting yang dilancarkan :
Pujian Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan
Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta
mujahidin yang hidup setelah beliau.
Pertama Adalah pada masa Khalifah Muawwiyah bin Abi Sofyan pada tahun 44 H di bawah komando anaknya Yazid. Beliaulah “peletak batu pertama” pada proyek agung penaklukkan kota Konstantinopel. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel (Jika wafat ia meminta jasadnya dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim.). Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau (5).
Kedua: adalah yang dilakukan pada masa Sulthan Sulaiman bin Abdul Malik tahun 98 H . Pada saat itu dia mengirimkan pasukan tentara sejumlah 20.000 orang dan sekitar seratus perahu untuk mengepung dan menaklukkan Konstantinopel. Pengepungan Konstantinopel berlangsung berbulan bulan dengan pasukan yang dalam kondisi kelaparan yang mengenaskan karena keinginan kuat sang khalifah dalam menaklukkan Konstantinopel. Tetapi usaha itu belum juga berhasil akibat suhu udara yang sangat dingin. Pasukan itu kemudian ditarik mundur oleh Umar bin Abdul Aziz setelah dirinya menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik yang mangkat pada saat tentara masih berada di medan pertempuran.
Pertama Adalah pada masa Khalifah Muawwiyah bin Abi Sofyan pada tahun 44 H di bawah komando anaknya Yazid. Beliaulah “peletak batu pertama” pada proyek agung penaklukkan kota Konstantinopel. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel (Jika wafat ia meminta jasadnya dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim.). Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau (5).
Kedua: adalah yang dilakukan pada masa Sulthan Sulaiman bin Abdul Malik tahun 98 H . Pada saat itu dia mengirimkan pasukan tentara sejumlah 20.000 orang dan sekitar seratus perahu untuk mengepung dan menaklukkan Konstantinopel. Pengepungan Konstantinopel berlangsung berbulan bulan dengan pasukan yang dalam kondisi kelaparan yang mengenaskan karena keinginan kuat sang khalifah dalam menaklukkan Konstantinopel. Tetapi usaha itu belum juga berhasil akibat suhu udara yang sangat dingin. Pasukan itu kemudian ditarik mundur oleh Umar bin Abdul Aziz setelah dirinya menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik yang mangkat pada saat tentara masih berada di medan pertempuran.
Upaya yang
sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah,
misi yang sama juga di lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk di zaman
Khalifah Harun Arrasyid. Setelah kejatuhan Baghdad 656 H, usaha menawan
Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama
kerajaan Seljuk. Pemimpinnya Alp Arselan berhasil mengalahkan Kaisar Roma,
Dimonus, pada tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran Roma
takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk menaklukkan
Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah. Sultan
Murad II juga pernah melakukan beberapa kali pengepungan ke benteng tersebut,
namun belum menuai hasil. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala mewujudkan
impian kaum muslimin untuk menaklukkan benteng tersebut melalui tangan pemimpin
ke-7 Daulah Utsmaniyyah yang terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada
Allah. Dikisahkan bahwa tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak
baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak
baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajjud dan
rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.(6)
Footnote:
(1) Lihat: Dalaa’il Nubuwwah, karya Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal 46.
(2) Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 43 dan Mehmed II di www.Wikipedia.com
(3) Periksa: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi
(4) Lihat: Mehmed II di www.Wikipedia.com
(5) Lihat: Shuwar Min hayatis Shohabah, karya Dr. Abdur Rahman Raf’at Pasya hal 73.
(6) Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di www.Wikipedia.com
Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.(6)
Footnote:
(1) Lihat: Dalaa’il Nubuwwah, karya Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal 46.
(2) Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 43 dan Mehmed II di www.Wikipedia.com
(3) Periksa: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi
(4) Lihat: Mehmed II di www.Wikipedia.com
(5) Lihat: Shuwar Min hayatis Shohabah, karya Dr. Abdur Rahman Raf’at Pasya hal 73.
(6) Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di www.Wikipedia.com